Luwu Utara, Rabu 22 Januari 2025 – Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi serius di Indonesia. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, tercatat 21,5% balita secara nasional mengalami stunting. Provinsi Sulawesi Selatan berada di urutan 10 besar dengan angka 27,4%, sementara Kabupaten Luwu Utara mencatat prevalensi stunting sebesar 15,5%. Data ini menunjukkan bahwa stunting memerlukan perhatian khusus melalui pendekatan menyeluruh, yang melibatkan peran aktif ibu dan anak serta dukungan berbagai pihak, termasuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Dalam rangka memperkuat upaya bersama pencegahan stunting, UNICEF dan Jenewa Institute bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Utara didukung oleh Tanoto Foundation melaksanakan Orientasi Berjenjang Gizi Ibu dan Anak serta 3 Perilaku Kunci Pencegahan Stunting di wilayah kerja Puskesmas Sabbang Selatan, Kecamatan Sabbang Selatan, Kabupaten Luwu Utara. Kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi yang mendukung program gizi di Sulawesi Selatan, termasuk di Kabupaten Luwu Utara.
Orientasi ini dilaksanakan di Aula Puskesmas Sabang Selatan dan terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama berlangsung pada pagi hari, dengan peserta dari sektor non-kesehatan, seperti pemerintah tingkat kecamatan hingga desa, anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Babinsa, Bhabinkantibmas, penyuluh keluarga berencana (KB), penyuluh pertanian, dan tenaga pendidik. Sementara itu, sesi kedua digelar pada siang hari, yang diikuti oleh peserta dari sektor kesehatan, seperti bidan dan kader.
Direktur Jenewa Institute, Bapak Surahman Sah Said, S.Gz, MPH, dalam sambutannya menyampaikan bahwa upaya pencegahan stunting harus menjadi pekerjaan sehari-hari. “Selama masih ada ibu hamil dan kelahiran, selalu ada potensi anak stunting. Oleh karena itu, lintas sektor harus terlibat aktif dalam menyampaikan pesan kunci pencegahan stunting untuk mendorong perubahan perilaku dan meningkatkan mobilisasi masyarakat ke layanan kesehatan,” ujarnya.
Kepala Puskesmas Sabbang Selatan, Ibu Sudarmi, SKM., M.KM, menjelaskan bahwa angka stunting di Sabbang Selatan pada Desember 2024 tercatat sebesar 19,5% dari total 1.070 balita sasaran. Namun, harapannya dengan pendekatan terpadu dan kolaborasi lintas sektor, angka ini dapat ditekan. Beliau menegaskan pentingnya peran Posyandu sebagai ujung tombak layanan primer kesehatan masyarakat. Mulai Januari 2025, Posyandu di Sabbang Selatan akan menjadi “Posyandu Era Baru” dengan menerapkan layanan terpadu sesuai 6 Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Bapak Surahlan, selaku yang mewakili Camat Sabbang dalam membuka kegiatan dan memberikan sambutan, turut mengapresiasi inisiatif ini. “Pencegahan stunting membutuhkan kolaborasi yang erat, tidak hanya dari sektor kesehatan, tetapi juga dari lintas sektor lainnya. Upaya ini harus menjadi gerakan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup generasi mendatang,” ungkapnya.
Untuk mendukung edukasi masyarakat, peserta diberikan alat bantu kipas edukatif yang mencantumkan 3 pesan kunci pencegahan stunting, selain kipas, peserta juga diberikan pita lingkar lengan atas (LiLA) balita untuk memudahkan deteksi dini balita berisiko wasting agar lebih cepat ditangani sebelum menjadi stunting. Harapannya melalui orientasi ini terbangun kolaborasi aktif lintas sektor untuk membobilisasi masyarakat untuk datang ke layanan kesehatan salah satunya adalah posyandu dan menerapkan perilaku hidup sehat.