Kecamatan Rano Kabupaten Tana Toraja, Jumat 15 September 2023 UNICEF-JENEWA adakan Orientasi Berjenjang: 3 perilaku kunci pencegahan stunting dengan pendekatan komunikasi perubahan perilaku dengan mengundang sektor kesehatan (bidan dan kader posyandu)dan non kesehatan. Pada orientasi ini pula dihadiri langsung oleh Ibu Ninik Sukotjo selaku Nutrition Specialist UNICEF Indonesia dan dr.Hikmah selaku Konsultan UNICEF Indonesia.

Masalah gizi seperti stunting terjadi pada awal kehidupan merupakan masalah yang memiliki dampak serius terhadap sumber daya manusia di masa depan. Pemerintah terus mengupayakan kualitas sumber daya manusia melalui program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) karena kualitas seorang manusia ditentukan sejak bayi dalam kandungan hingga bayi/anak berusia 2 tahun. Dampak buruk yang terjadi Ketika ibu hamil dan anak baduta mengalami masalah gizi pada masa 1000 HPK adalah gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Kecamatan Rano merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tana Toraja yang letaknya jauh dari perkotaan sehingga sangat sulit untuk  mengakses ikan sebagai sumber protein yang tinggi protein dan Kecamatan Rano ini  salah satu Kecamatan di Tana Toraja yang memiliki kasus stunting yang tinggi. Masalah stunting ini tidak hanya menjadi masalah orang kesehatan namun semua pihak diharapkan seluruh sektor baik sektor kesehatan seperti bidan dan kader maupun non-kesehatan seperti ketua lembang, tokoh agama, tokoh Babinsa, Khatibmas yang menjadi peserta pada orientasi ini  mengambil peran untuk mencegah terjadinya stunting khususunya di Kecamatan Rano dan umumnya di Kabupaten Tana Toraja. “Warga disini lebih suka kalua anaknya dikategorikan stunting karena mereka akan mendapat bantuan seperti Program Kelyarga Harapan (PKH), bantuan makanan pokok seperti telur dan ikan yang harusnya diperuntukkan untuk anak-anaknya, namun nyatanya dikonsumsi oelh satu keluarga” Tambah Pak Camat Rano dalam sambutannya.

Ibu Nike Frans, MPH Nutrition Officer UNICEF  menyampaikan  bahwa kejadian stunting ini terjadi dalam waktu yang lama (kronis) dimulai pada saat masih menjadi janin hingga anak lahir dan berusia 2 tahun yang biasa disebut 1000 Hari Pertam Kehidupan (HPK).  Kondisi ibu hamil seperti derajat kesehatan dan asupannya selama hamil mempengaruhi kondisi janin bahkan menjadi factor  lahirnya  bayi stunting baru atau kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR ) sebagai pemicu  terjadinya stunting. Selain itu, bisa saja anak terlahir normal, namun dalam masa Baduta (Bayi dua tahun) asupan badutanya kurang diperhatikan seperti, tidak menerapkan ASI eksklusif (usia 0-6 bulan) serta tidak melakukan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar sesuai kebutuhan bayi saat masuk usia 6 bulan sambil diberikan ASI minimal hingga anak berusia 2 tahun. Maka dari itu lewat orientasi ini diharapkan Bapak-Ibu peserta yang hadir hari ini sebagai orang yang didengar oleh masyarakat sama-sama memahamkan masyarakat agar menerapakan 3 perilaku kunci ini sebagai cara untuk mencegah terjadinya stunting.

“Kami akan ikut membantu menggerakkan masyarakat agar menerapka 3 perilaku kunci ini, salah satunya meningkatkan kunjungan ibu hamil dan Bayi Lima Tahun (Balita) kelayanan kesehatan, seperti ibu hamil memeriksakan kesehatannya (ANC) minimal 6 kali  selama kehamilan, balita   ke posyandu  untuk dipantau pertumbuhan perkembangannya agar lebih mudah untuk deteksi dan penanganan jika ditemukan anak yang terindikasi stunting” Tambah Danramil 141408.

Ibu Polina Ranteallo selaku Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kab. Tana Toraja menyampaikan bahwa kami dari sektor kesehatan meskipun sudah menyiapkan layanan kesehatan sebaik mungkin namun kunjungan atau partisipasi masyarakat yang minim maka capaian kita untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat kita akn pernah terealisasi. Contohnya saja terkait posyandu, tim dari Puskesmas harus mengunjung rumah warga untuk melakukan kejar timbang bagi balita agar tetap terpantau tumbuh kembangnya, selain itu untuk program PMT lokal bagi balita gizi kurang, tim kader harus turun langsung ke rumah-rumah mengantar jika warga tida datang mengambil PMT local anaknya. Sehingga disini kami kewalahan karena kami yang menyiapkan layanan kami juga yang menggerakkan masyarakat. Sehingga lewat pertemuan ini tercipta kolaborasi antar sektor Kesehatan dan non Kesehatan.

Dalam orientasi ini peserta diharapkan memahami bahwa ada 3 perilaku kunci untuk mencegah stunting, diantaranya:

1) Ibu Hamil :

– Konsumsi Tablet Tambah Darah setiap hari

– Makan makanan bergizi seimbang

2) Anak usia 6-24 bulan ( 2 tahun) :

– Pemberian MP-ASI bergizi seimbang dan kaya protein hewani (solusi untuk di Tana Toraja sebagai daerah pegunungan, bisa membudidayakan ikan air tawar serta peternakan ayam)

– Terus memberikan ASI hingga minimal anak berusia 2 tahun

3) Semua anak Balita

– Rutin dibawa ke posyandu setiap bulan untuk dipantau pertumbuhannya

Berdasarkan Surat Edaran Bupati Tana Toraja terkait pencegahan dan penanganan stunting, maka salah satu strategi yang akan diakukan oleh pemerintah desa seperti ketua lembang adalah tidak menyalurkan bantuan PKH ke masyarakat yang malas ke layanan kesehatan seperti tidak membawa anaknya ke posyandu tiap bulan. Sehingg harapannya masyarakat akan berpartisipasi aktif ke layanan kesehatan agar PKHnya bisa disalurkan.

“Bukan lagi masanya  kita menjadi Superman atau Super Hero untuk menyelesaikan masalah stunting ini, semisal hanya menjadi tuga sektor Kesehatan sehingga muncul ego instansi. Namun sudah seharusnya kita menjadi super tim yang merupakan gabungan dari sektor kesehatan (lewat bidan dan kader) serta non Kesehatan(lewat ketua lembang, tokoh agama, tokoh masyarakat dan orang yang didengar lainnya dilingkungan masyarakat)” Tambah Surahmansah Said, selaku Direktur Jenewa Madani Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.