Jumat, 03 Februari 2023. Jenewa-UNICEF adakan Talkshow “Refleksi Hasil SSGI Tahun 2022 dan Resolusi Stunting Tahun 2023” via Zoom. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan UNICEF di Sulawesi Selatan bersama kami mitranya Jenewa Madani Indonesia yang tentunya dalam rangkaian Peringatan Hari Gizi Nasional Tahun 2023.
“Talkshow hari ini rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional Tahun 2023 dan mengangkat tema sesuai isu terkini yang saat ini masih menjadi perbincangan para ahli gizi dan stakeholder gizi terkait hasi Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang resmi dilaunching bertepatan pada Hari Gizi Nasional 25 Januari 2025 oleh Bapak Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan hal tersebut kami dari Jenewa-UNICEF bersama Pemerintah mengangkat tema ini untuk mendiskusikan hal ini secara bersama-sama” ujar Direktur Jenewa.
Stunting merupakan persoalan yang ada, nyata dan berlangsung lama dan diperlukan upaya-upaya yang terintegrasi, hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencatat prevalensi balita stunting nasional mengalami penurunan secara nasional, begitupun di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan, dimana prevalensinya ditahun 2021 27,4% menjadi 27,2% di tahun 2022. Namun ada juga peningkatan pada wasting di Sulawesi Selatan, yang sebelumnya di tahun 2021 prevalensinya 6,2% menjadi 8,3% di tahun 2022, wasting ini merupakan gabungan antara gizi kurang dan gizi buruk serta salah satu predictor terjadinya stunting, sehingga perlu upaya pencegahan wasting sebelum terjadinya stunting. “Survei SSGI prosesnya dilakukan secara sistematis dan inputan datanya yang terkontrol sehingga hasilnya dapat kita jadikan patokan gambaran satatus gizi suatu wilayah, ada perbedaan hasil survei SSGI tahun 2021 dan 2022, khsusus di Sulawesi Selatan terjadi penurunan prevalensi stunting sebesar 0,2% namun ada juga peningkatan prevalensi wasting sebanyak 2,1%, serta peningkatan prevalensi underweight sebesar 2,7% hal ini menjadi sorotan semua pihak, diantaranya mitra pembangunan seperti UNICEF, talkshow ini kami harapkan menjadi wadah untuk berdiskusi reflekasi hasil SSGI tahun 2021 dan solusi untuk mencegah stunting ditahu 2023” ungkap Ibu Nike Frans selaku Nutrition Officer UNICEF wilayah Sulawesi.
Talkshow hari ini dihadiri kurang lebih 210 peserta yang join via zoom maupun live streaming youtube yang terdiri dari Bappelitbangda, Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas, Dinas Kesehatan baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, tim TPPS Provinsi maupun Kabupaten/Kota, akademisi serta masyarakat umum. Adapun narasumbernya Prof. dr. Veni Hadju, Msc., PhD (guru besar ilmu gizi FKM Unhas), Sri Sukotjo (nutrition specialist UNICEF Indonesia), serta Mahmud Fauzi, SKM., M.Kes (ketua tim kerja stndar kecukupan gizi dan mutu pelayanan gizi KIA, Dit Gizi KIA, Kemenkes RI)
yakni Berdasarkan Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, maka target penurunan stunting pada tahun 2024 adalah 14%.
‘’Stunting merupakan terminologi dari kesehatan masyarakat, dimana kalau ada daerah atau negara yang anaknya stunting > 20% artinya kita tidak memberikan keadilan yang tidak merata ke seluruh penduduk, hal ini menunjukkan negara tidak memberikan akses pelayanan kesehatan ataupun akses lainnya. Secara teori ada yang namanya the first window of opportunity dimana 100 hari pertama kehidupan (HPK) menjadi wilayah kita untuk melakukan intervensi, namun banyak dari kita yang melupakan adanya the second window of opportunity yaitu periode kedua untuk melakukan upaya intervensi maksimal seperti intervensi usia remaja (10-19 tahun ) jika kita berikan asupan gizi yang optimal maka akan mencapai status gizi yang juga optimal dan berpeluang nantinya melahirkan anak-anak (generasi selanjutnya) yang tidak BBLR ataupun berisiko stunting” ungkap Prof. Veni
‘’Sekarang telah terjadi medikalisasi, sehingga bagaimana kita memastikan masyarakat menjadikan gizi sebagai hal penting untuk tumbuh kembang, misalnya meningkat warners ibu terkait pentingnya memeriksakan kesehatan minimal 6 kali selama hamil untuk memastikan kondisi janin serta penerapan ASI Eksklusif, yang dimana jika ibu mengalami masalah menyusui harusnya berknjung ke konselor atau Puskesmas untuk mencari solusi bagaiman bisa memberikan ASI bukan malah memilih susu formula. jika bulan Agustus diperingati sebagai bulan menyusui dan dilakukan promosi ksehatan terkait pentingnya ASI maka harusnya hari yang lain tetap digencarkan promosi menyusuinya agar para ibu ingat dan diperlukan perluasan media informasi kepada para Ibu’’ tambah Ibu Sri Sukotjo.
“Stunting saat ini tidak hanya menjadi fokus pembicaraan di sektor Kesehatan, jika dulunya hanya menjadi pembahasan pada Direktorat Gizi saat ini sudah menjadi isu nasional, bahkan DPR membicarakan stunting dan hal ini menjadi peluang karena semua orang sudah warners akan stunting sehingga peluang kerja kolaborasi untuk menangani stunting lebih besar. Namun fokusnya kita harus pada pencegahannya misalnya bagaimana melakukan intervensi kepada balita berisko wasting agar tidak terjadi stunting dengan melakukan deteksi dini dan pemantauan bulanan pengukuran antropometri dan segara dilakukan intervensi seperti pemberian makanan tambahan yang saat ini sudah ada anggarannya di tingkat desa yang telah didukung dengan adanya tim TPPS, kita harusnya juga memanfaatkan teknologi dengan banyak melakukan edukasi ataupun kampanye”tambah Fauzi
Maka dari itu untuk memutus mata rantai stunting diperlukan pencegahan sejak dini dengan mengampanyekan Aksi bergi yang menyasar pada remaja, calon pengantin, ibu hamil, dengan memperhatikan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) agar tidak ada lagi remaja maupun ibu hamil anemia yang nantinya berdampak pada janin yang dikandungnya, memperhatikan asupan gizinya agar tidak terjadi remaja ataupun ibu hamil Kekurangan enrgi kronik (KEK) yang memicu terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBBLR). Jenewa-UNICEF telah mengembangkan pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Sulawesi Selatan dana akan launching dalam waktu dekat ini sebagai pejewantahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang keseahatan 2024 yakni meningkatnya status Kesehatan dan gizi masyarakat dengan menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024.