Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sama seperti dampak stunting, yaitu menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berpikir. Namun, balita gizi buruk mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi. Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus balita wasting, mobilisasi masyarakat melalui penemuan/deteksi dini kasus balita yang berisiko wasting merupakan komponen kunci untuk memudahkan rujukan dan penanganan kasus yang tepat. Dalam mobilisasi ini, semua anggota masyarakat dapat berperan, termasuk guru TK/PAUD.
Sejak tahun 2022, UNICEF bersama Yayasan Jenewa Madani Indonesia telah mendukung Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam penerapan model pencegahan dan penanganan balita berisiko wasting di PAUD yang dilaksanakan di tiga kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Bone, Kabupaten Bantaeng dan Kota Makassar. Untuk memperluas cakupan deteksi dini, rujukan, dan kelas pengasuhan balita berisiko wasting di satuan PAUD, Jenewa Madani Indonesia bersama UNICEF melaksanakan Orientasi. Orientasi Fasilitator Berjenjang Deteksi Dini, Rujukan, dan Kelas Pengasuhan Balita Berisiko Wasting di Satuan PAUD Kabupaten Barru selama 2 hari pada tanggal 3 hingga 4 Oktober 2023.
Bapak Surahmansah Said, MPH selaku Direktur Jenewa Madani Indonesia dalam pengantarnya menyampaikan Perluasan jangkauan program terus dilakukan sebagai upaya dalam menangani balita wasting di Sulawesi Selatan melalui penguatan deteksi dini serta rujukan balita wasting. Bukan hanya tenaga kesehatan yang dapat melakukan deteksi dini, melainkan anggota masyarakat, termasuk kader, orang tua, pengasuh dan anggota keluarga lain yang terlatih juga dapat melakukan pengukuran LiLA secara mandiri.
Kegiatan ini merupakan upaya lintas sektor, bukan hanya sektor Kesehatan tetapi juga dari berbagai sektor salah satunya yaitu Pendidikan. Seringkali anak diatas 3 tahun tidak lagi dibawa ke posyandu karena imunisasi dasar sudah lengkap sehingga jika terdapat masalah gizi tidak lagi terdeteksi. Sehingga sektor PAUD menjadi sektor startegis menemukan anak usia 3 sampai 4 tahun karena mereka masih tergolong balita, masih perlu melakukan identifikasi berkala dan memantau pertumbuhannya, harapannya anak yang berisiko wasting dapat segera ditemukan dan diberikan penanganan yang tepat. Ujar Ibu Nike Frans selaku Nutrition Officer UNICEF.
Pokja Paud Kabupaten Barru ibu Dra. Hj Fatmawati, M.Pd. menyampaikan terima kasih atas kegiatan ini dimana kegiatan ini sangat penting apalagi anak usia dini untuk masa depan untuk cegah stunting dengan 3 perilakunya. Puskesmas yang bisa diharapkan untuk perpanjangan tangan kepada anak usia dini di satun paud dalam mensosialisasikan mengenai deteksi dini kepada Ibu guru paud yang di Kabupaten Barru. Berharap setelah kegiatan ini bisa sama-sama turun ke sekolah paud dalam pencegahan. Di paud juga sudah melaksanakan serta pihak puskesmas mengenai gizi buruk dari hal-hal melihat gejala-gejala apa yang anak itu terdapat gizi butuk atau bagaimana sehingga kita sebagai pendidik paud secepat mungkin koordinasi kepada puskesmas terdekat.
Kedepan sebagai petugas gizi akan mendapatkan pekerjaan ekstra dalam pembangunan kesehatan kita, banyak teori, artikel, ceramah tentang gizi bagaimana membentuk warga Negara kita lebih baik. Dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak diukur sebagai usaha untung rugi, kesehatan dan pendidikan adalah investasi yang tidak bisa dihitungkan atau diuntungkan. Pemerintah Kabupaten Barru mengedepankan pelayanan gizi dan stunting yang harus diikuti pemantaun semua wilayah puskesmas serte bekerjsama dengan guru paud untuk mendeteksi dini kepada anak sekolah di satuan paud Kabupaten Barru. Ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barru Bapak dr. Amis Rifai.