Selasa, 10 Agustus 2023 di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Selayar JENEWA-UNICEF melaksanakan orientasi berjenjang pemberian makan bayi dan anak (PMBA) dan penguatan posyandu kepada Tenaga Pendamping Gizi dan Bidan Koordinator di 14 Puskesmas se-Kabupaten Kepulauan Selayar dan dihadiri oleh TP- PKK yang juga merupakan tim penggerak pencegahan stunting.
Masalah gizi seperti stunting terjadi pada awal kehidupan merupakan masalah yang memiliki dampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Pemerintah terus mengupayakan kualitas sumber daya manusia melalui program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Direktur Yayasan Jenewa Madani Indonesia, Bapak Surahmansah Said, MPH yang menjelaskan bahwa kegiatan ini dijalankan di 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar merupakan tempat keempat dalam pelaksanaan orientasi berjenjang PMBA dan Penguatan Posyandu untuk mencegah terjadinya stunting. Salah satu upaya yang dilakukan melalui orientasi berjenjang dengan menekankan tiga pesan kunci dalam mencegah stunting setidaknya dengan tiga (3) perilaku kunci yaitu; 1) Ibu Hamil dengan rutin minum Tablet Tambah darah (TTD) setiap hari selama kehamilan, makan makanan bergizi seimbang setiap hari dan rutin memeriksakan kehamilan ke fasilitas Kesehatan; 2) Anak usia 6-24 bulan dengan memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bergizi seimbang dan kaya protein hewani (ikan, telur, ayam, hati, daging sembari terus diberikan ASI hingga minimal usia 2 tahun; 3) Semua anak balita dengan rutin membawa ke posyandu setiap bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya.
Ibu Nike Frans, MPH selaku Nutrition Officer UNICEF menyampaikan 100 HPK merupakan masa-masa kritis karena kualitas seorang manusia ditentukan mulai dari bertemunya sel sperma dan sel telur hingga bayi /anak berusia 2 tahun. Dampak buruk yang terjadi ketika ibu hamil dan anak baduta mengalami masalah gizi pada masa 1000 HPK adalah gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. “Salah satu program 1000 HPK dengan intervensi gizi spesifik adalah upaya pencegahan stunting melalui PMBA yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan pengasuh terhadap praktik-praktik pemberian makan ibu hamil, anak usia 6-24 bulan, ibu menyusui, dan pemberian ASI eksklusif untuk memastikan konsumsi makanan optimal dan praktik menyusui untuk mencapai status gizi baik, sehingga harapannya Bapak/Ibu yang hadir hari ini merupakan perwakilan Puskesmas se-Kabupaten Kepulauan Selayar bisa meneruskan informasi orientasi ini ke para kader dan tokoh masyarakat” tambah Ibu Nike Frans, MPH.
Orientasi berjenjang PMBA dan penguatan posyandu ini bertujuan agar peserta mendapatkan pemahaman orientasi berjenjang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) serta penguatan posyandu dengan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) dan melakukan orientasi lanjutan kepada kader posyandu tentang PMBA dan penguatan posyandu dengan pendekatan KPP. Materi yang disampaikan pada orientasi ini terdiri dari materi Penguatan posyandu, pendekatan KPP dan konsep pelatihan berjenjang PMBA; Dukungan posyandu dalam pencegahan stunting pada 1000 HPK; Gizi Ibu hamil (ANC) dan ibu menyusui; Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan mekanisme umpan balik posyandu; Konseling; Demo pemorsian makanan ibu hamil dan mempersiapakn MP-ASI; Mobilisasi masyarakat dan kesimpulan pesan kunci yang pematerinya terdiri dari UNICEF dan Fasilitator Kabupaten.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Selayar, Bapak dr. H. Husaini,M.Kes., sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada pihak UNICEF dan JENEWA yang telah menginisiasi pertemuan hari ini dan beliau juga menyampaikan jika bisa Kepulauan Selayar menjadi prioritas karena akses paling susah dimana 50% diluar Kepulauan Selayar sehingga untuk jangkauan program agak susah dan juga banyak stunting baru. Sehingga tidak membebani target nasional 14%. Sehingga kita harus termotivasi untuk menurunkannya. Salah satu program 1000 HPK dengan intervensi gizi spesifik adalah upaya pencegahan stunting melalui Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan pengasuh terhadap praktik-praktik pemberian makan ibu hamil, anak usia 6-24 bulan, ibu menyusi, dan pemberian ASI Eksklusifuntuk memastikan konsumsi makanan optimal dan praktik menyusui untuk mencapai status gizi baik. Ditingkat masyarakat, kader posyandu memegang peran penting dalam memberikan konseling dan edukasi. Dengan keterampilan yang memadai, kader posyandu mampu menjadi agen perubahan-perubahan perilaku untuk pencegahan masalah gizi. Posyandu dengan manajemen pelayanan yang tepat dapat membantu memantau status pertumbuhan dan perkembangan balita. Prevalensi stunting khususnya di Kabupaten Kepualauan Selayar sudah mengalami penurunan, berdasarkan Data Riskesdas Tahun 2018 prevalensi stunting sebanyak 46%, berdasarkan data SSGI tahun 2019 menjadi 32,7% , dan berdasarkan data SSGI tahun 2021 menurun menjadi 27%. Dan pada tahun 2022 kembali meningkat menjadi 32,1%. Hal itu tidak membuat kita berhenti melakukan intervensi untuk pencegahan dan penurunan prevalensi stunting. Dengan adanya orientasi berjenjang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dan penguatan posyandu Kabupten Kepulauan Selayar, diharapakan kita semua mampu bersinergi dalam pencegahan dan penurunan stunting sehingga kitab isa mencapai target nasional yaitu angka kurang dari 14% pada tahun 2024. Semoga dengan ini prevalensi stunting turun.