Indonesia sampai saat ini masih mengalami tiga beban gizi, salah satunya terkait wasting (gizi kurang dan gizi buruk), baru-baru ini keluar hasil SSGI 2022 dan tidak hanya data stunting melainkan juga data wasting, secara nasional wasting mengalami kenaikan “dari data SSGI 2021 sebesar 7,1 % menjadi 7,7 % berdasarkan data SSGI 2022, sedangkan di Sulawesi Selatan diatas angka rata-rata nasional 8,3%. Hal ini menjadi waring untuk kita semua untuk tidak melupakan wasting dan diperlukan upaya-upaya yang sistematis dan terstruktur agar wasting bisa tertangani” ungkap Pak Surah selaku Direktur Jenewa.
Tahun 2011 di Indonesia, mulai menghadirkan program Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) menggunakan empat pendekatan 1) mobilisasi masyarakat, 2) tatalaksana gizi buruk dengan komplikasi, 3) tatalaksana tanpa komplikasi, 4) konseling. PGBT ini sudah ada SOPnya tersendiri dan harapannya jalan di Puskesmas maupun Rumah Sakit, selain itu PGBT ini juga direkomendasikan WHO dan diadopsi Kementerian Kesehatan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan tatalaksana yang tepat gizi buruk.
Kegiatan orientasi ini berlangsung selama tiga hari (30 Januari – 1 Februari 2023). Peserta yang hadir sebanyak 600 orang, diantarannya tim asuhan gizi tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, tim asuhan gizi tingkat Kabupaten/Kota baik Puskesmas maupun Rumah Sakit Daerah dan Rumah Sakit Swasta. Orientasi ini dibuka secara resmi oleh Ibu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dr. Hj. Rosmini Pandin., MARS, adapun narasumbernya dari UNICEF, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan serta Fasilitator PGBT Sulawesi Selatan dengan muatan materi sebagai berikut:
- Situasi dan strategi penanganan wasting di Provinsi Sulawesi Selatan
- Pengantar PGBT dan penguatan mobilisasi masyarakat
- Identifikasi dan konfirmasi kasus balita wasting
- Tatalaksana gizi buruk rawat jalan
- Tatalkasana gizi buruk rawat inap
- Penguatan sistem rujukan balita gizi buruk
- Pemantauan dan evaluasi serta pencatatan pelaporan melalui sistem Pelita Kesmas (e-PPGBM)
Ibu Nike Frans, MPH selaku Nutrition Officer UNICEF Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa angka wasting sebagai bentuk kekurangan gizi akut meningkat di Sulawesi Selatan dari 6,2% ditahun 2021 menjadi 8,3% tahun 2022 diakibatkan karena beberapa faktor, diantaranya bisa juga karena proses pengambilan data yang lebih baik atau efek pandemi karena pelayanan kesehatan yang berkurang. “Jika angka 8,3% ini dikalikan jumlah total balita di Sulawesi Selatan, ada sekitar kurang lebih 50.000 balita yang mengalami wasting. Wasting sendiri adalah kekurangan gizi akut yang bisa berakibat jangka pendek maupun jangka panjang, anak-anak dengan wasting berisiko hampir 12 kali lebih tinggi tingkat kematiannya (mortalitas) dibandingkan balita yang normal dan 3 kali lebih berisiko menjadi stunting dengan demikian indikator wasting ini sudah menjadi indikator bersama, yang menjadi target daerah maupun nasional” tambah Ibu Nike Frans.
Gizi baik merupakan pondasi bagi pembangunan sumber daya manusia berkualitas karena berkaitan erat dengan peningkatan kualitas belajar, kemampuan kognitif dan intelegtuaitas seseorang, gizi baik juga sebagai penanda keberhasilan pembangunan dan terpenuhnya Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap pangan dan Kesehatan. Perbaikan gizi masyarakat merupakan sarana untuk memutus mata rantai kemiskinan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak pada kesejahteraan tingkat masyarakat, keluarga dan individu. Anak bebas gizi buruk merupakan komitmen bersama dunia, termasuk Indonesia lebih lagi di Sulawesi Selatan. Komitmen duni internasional dituang dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) butir kedua yang menegaskan pentingnya mengakhiri kelapan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan gizi serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan. Di tingkat nasional, hal ini tentunya sejalan dengan Nawa Cita dan RPJMN untuk mencapai tujuan tersebut penanggulangan masalah kekurangan gizi buruk perlu kita tingkatkan secara kolaborasi, secara bersama-sama agar nampak hasil yang signifikan. Komitmen Pemerintah dalam penanggulangan gizi buruk pada balita ditindak lanjuti dengan berbagai upaya seperti penyuluhan/edukasi gizi, peningkatan cakupan penimbangan balita, pemberian makanan tambahan, peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana balita gizi buruk, pembentukan pusat pemulihan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan. “Rencana strategi Kementerian Kesehatan menargetkan 60% atau sekitar 6.000 Puskesmas pada tahun 2024 mampu memberikan tatalaksana gizi buruk pada balita sehingga diperlukan upaya-upaya yang terintegrasi. Sehingga seluruh Puskesmas di Sulawesi Selatan sebisanya mampu memberikan tatalaksana gizi buruk pada balita, mudah-mudahan dengan adanya orientasi PGBT yang berlangsung 3 hari ini seluruh peserta memahami rangkaian materi dan mampu memberikan tatalaksana gizi buruk pada instansinya masing-masing”ujar Ibu dr. Rosmini selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.