Pendekatan Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) merupakan proses yang terintegrasi. Dalam upaya untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan bagi balita gizi buruk yang ditemukan dan mendapatkan tatalaksana yang tepat. Untuk penemuan dini kasus gizi buruk, mobilisasi masyarakat menjadi salah satu komponen kunci dalam keberhasilan PGBT. Selain dari kualitas pelayanan gizi buruk, mekanisme pencatatan, dan pelaporan juga merupakan hal yang penting dalam upaya memonitor dan mengevaluasi keberhasilan program.
Oleh karena itu dilakukan kegiatan Orientasi Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi Bagi Tim Asuhan Gizi Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 Juni 2023 secara offline di Hotel Grand Maleo Kota Makassar dan online via zoom.
Direktur Jenewa Madani Indonesia, Bapak Surahmansah Said, MPH menyampaikan bahwa wasting merupakan masalah gizi dengan tingkat kematian tertinggi diantara semua bentuk masalah kekurangan gizi, dimana anak gizi buruk memiliki risiko kematian 11,6 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan gizi baik. Dari hasil SSGI pada tahun 2022 menunjukkan bahwa pravelensi wasting tingkat Nasional dan tingkat Sulawesi Selatan mengalami kenaikan, hal ini menjadi perhatian bagi kita semua bagaimana kita bisa bersama-sama bekerja untuk menanggulangi wasting khususnya di Sulawesi Selatan. Salah satu dari materi ini terkait dengan adanya aplikasi gizi terpadu, dalam melakukan kegiatan tentunya tidak lepas dari yang namanya pelaporan/pencatatan agar bisa menjadi bahan monitoring dan evaluasi.
Pencatatan/pelaporan wasting di aplikasi gizi terpadu melalui E-PPGBM dan pelita Kesmas, kedepannya bisa berjalan bukan hanya di puskesmas tetapi harapannya berjalan juga di rumah sakit karena terkait dengan proses rujukan pasien gizi buruk. Ibu Nike Frans, MPH selaku Nutrition Officer UNICEF menyampaikan bahwa PGBT ini menekankan kepada deteksi dini anak gizi buruk, mobilisasi masyarakat, dan penguatan sistem pelayanan kesehatan primer layanan puskesmas untuk bisa melayani anak-anak gizi buruk terutama yang bisa dirawat jalan karena jika mobilisasi masyarakat diperkuat dan penemuan dini kasus wasting diperkuat hanya sekitar kurang dari 20% anak-anak wasting yang memerlukan rawat inap, sebagian besarnya bisa dirawat jalan jika penemuan dininya berjalan dengan baik dan jika SOPnya dijalankan. Harapannya bisa kembali ke institusi masing-masing di Rumah Sakit dengan membawa ilmu dan juga praktik penanganan anak gizi buruk dengan tepat.