Masalah gizi seperti stunting yang terjadi pada awal kehidupan merupakan masalah yang memiliki dampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Dampak buruk yang terjadi ketika ibu hamil dan anak baduta mengalami masalah gizi pada masa 1000 HPK adalah gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa 60% anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) yang optimal.
Maka dari itu pada Senin, 26 Juni 2023, di Hotel Remcy Makassar, Yayasan Jenewa Madani Indonesia dan UNICEF bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan didukung oleh Tanoto Foundation menghadirkan 10 Kabupaten/Kota selama dua hari untuk melakukan kegiatan Orientasi Berjenjang PMBA dan Penguatan Posyandu dengan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku dalam PMBA .
Ibu dr.Hj. Rosmini Pandin., Mars, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yang membuka kegiatan menyampaikan bahwa “Dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, kader posyandu mampu menjadi agen perubahan perilaku untuk pencegahan masalah gizi” beliau sangat mengapresiasi Yayasan Jenewa Madani Indonesia dan UNICEF yang sudah menginisiasi kegiatan hari ini sebagai salah satu penguatan untuk mengatasi permasalahan gizi yang ada di Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini merupakan orientasi secara berjenjang yang akan terus berlanjut hingga tingkat posyandu. Di tingkat masyarakat, kader posyandu memegang peranan penting dalam memberikan konseling dan edukasi PMBA kepada ibu hamil dan orang tua atau pengasuh anak baduta. Sehingga dengan harapan posyandu dengan manajemen pelayanan yang tepat dapat membantu memantau status pertumbuhan dan perkembangan balita, serta mampu mendeteksi balita dengan risiko gangguan tumbuh kembang.