PEDULIRAKYAT.CO.ID — Jeneponto sebagai tanah kelahiran para karaeng. Tanahnya yang subur dan hamparan laut yang luas. Ternyata menyimpan beribu teka-teki. Masih kentalnya adat istiadat menjadikan lini perkembangan zaman kadang terabaikan. Belum lama ini, pandemi yang dahulu menghantui seluruh dunia sejak tahun 2020. Tak menggentarkan masyarakat terutama yang masih menganut paham terdahulu dalam membuka pintu hati untuk vaksin Covid-19 dan imunisasi.
Meskipun, sebagian besar berusia lanjut usia dan berada di pedesaan. Katanya “ini hanya flu biasa atau rekayasa pemerintah semata. Orang terdahulu pun tidak pernah divaksin dan imunisasi tapi masih sehat-sehat”. Begitulah sekelumit paham mengapa sebagian besar tidak mau vaksin dan imunisasi.
Di sisi lain, Jeneponto memberikan kesejukan dengan melahirkan pejuang tangguh dan berdedikasi tinggi. Salah satunya ibu Fatmawati, S.Pd. yang berdomisili di Kelurahan Balang, Kecamatan Binamu. Beliau berusia 44 tahun, akrab disapa daeng sunggu. Sesuai namanya, bercermin dari Fatmawati (Istri Ir. Soekarno) yang menjahit sang saka merah putih. Memberikan motivasi untuk terus membuat perbaharuan kearah lebih baik.
Latar belakang beliau sebagai tenaga pengajar disalah satu sekolah Madrasah Aliyah Darul I’tisham Embo di Jeneponto. Sebagai aktivis keagamaan di PD Aisyiyah Jeneponto sejak tahun 2006. Meskipun bukan dibidang kesehatan, Fatmawati tergerak hatinya untuk membantu sesama dengan cara mengedukasi. Baginya hal kecil yang dilakukan akan berdampak besar bagi orang lain. Perlahan mempelajari terkait vaksinasi dan imunisasi. Kemudian, setiap harinya mengedukasi masyarakat.
Fatmawati tertarik menjadi relawan, saat pandemi Covid-19 yang mewabah di Kabupaten Jeneponto. Saat itu, keadaan carut marut begitu banyak pemberitaan termasuk hoax yang beredar di masyarakat. Membuat beliau merasa risih dan prihatin. Terlebih tetangganya ada yang mengalami kelumpuhan setelah divaksin. Kelumpuhan tetangga Fatmawati dialami selama 3 bulan dan akhirnya meninggal dunia. Fatmawati sangat sedih dan berinisiatif untuk mencari tahu, “apakah benar vaksin dapat melumpuhkan ?” (tanyanya yang setiap saat memenuhi isi kepalanya). Menjadikan rutinitas selalu mencari tahu sumber terpercaya terkait vaksinasi Covid-19.
Dalam waktu bersamaan, betapa semakin paniknya Fatmawati dikarenakan mendapatkan surat himbauan dari pihak Puskesmas kepada sekolah untuk segera divaksin guru-guru dan siswanya. Betapa stressnya beliau dikarenakan mendapatkan edaran himbauan langsung dari kantor Kementerian Agama Kabupaten Jeneponto yang mengeluarkan surat edaran bahwa tidak akan dilaksanakan pembelajaran tatap muka apabila tidak divaksinasi. Dari situlah Fatmawati memberanikan diri, dimulai dari niat karena vaksin penting, fikirnya tidak akan mungkin pemerintah mengeluarkan suatu himbauan jika tidak untuk kepentingan masyarakatnya.
Fatmawati bercerita, dari situlah segenap kesungguhan dan tekad yang kuat memberanikan diri untuk vaksin. Tidak hanya sampai disitu. Beliau juga selalu mengajak keluarga, sanak saudara, tetangga, teman-temannya, siswa, pihak sekolah dan masyarakat lainnya. Begitu besarnya kepedulian Fatmawati kepada semua orang. “Alhamdulillah”ucap rasa syukur dengan seyum semangat dan tidak ada efek buruk yang dialami.
Dari situlah, beliau menemukan jawab atas pertanyaan sebelumnya bahwa vaksinasi Covid-19 tidak melumpuhkan, kasus tetangga yang lumpuh akibat penyakit penyerta yang diderita seperti stroke dan lainnya yang tidak memberikan identifikasi yang sesungguhnya kepada tenaga kesehatan. Berbagai macam upaya dilakukan Fatmawati dengan keluarga yang mewajibkan semua harus vaksin, kerabat, siswa harus vaksin agar pembelajaran tidak lagi daring, anggota PD Aisyiyah Jeneponto agar mobilitas pengajian rutin dan dakwa tetap berjalan serta tidak terbatasi karena belum vaksin.
Sejak tahun 2006 Fatmawati menjadi kader di PD Aisyiyah Jeneponto, menjadikan motivasi untuk terus mengajak masyarakat menuju kesehatan yang prima. Mulai dari hal kecil yang menumbuhkan kesadaran dalam kesehatan. Kemudian, tahun 2020 kader/relawan Covid-19. Beliau dijuluki kader “PELITA : Pejuang Lillahi Ta’Ala”.
Dalam hal ini, “ada dana atau tidak ada dana, kita tetap dapat menjalankan tugas bersama, menghayo-hayo masyarakat akan pentingnya vaksinasi dan imunisasi. Terpenting ialah keikhlasan, tanggugjawab moral dan pertolongan kebaikan yang lainnya akan menyertai. Sebab, kadang terbersit diberfikirannya jika berbuat baik atau menolong dengan mengajak melakukan kebaikan, misalnya mengajar/mengajak melakukan perubahan maka pahala akan mengalir dan memegang teguh bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”. Tutur Fatmawati.
Fatmawati terlibat pula dalam mengajak/mengedukasi ibu yang memiliki anak untuk tetap mendapatkan imunisasi. Dalam hal ini, beberapa tahun silam pernah terlibat program GAVI Concerciu kerjasama dengan muslimat PD Aisyiyah Jeneponto dalam meningkatkan cakupan imunisasi dan keselamatan ibu melahirkan. Tidak hanya sampai disitu, saat ini beliau aktif mengedukasi terutama dalam program Social Behaviour Change (SBC) melibatkan PD Aisyiyah Jeneponto (sebagai trainer) didukung oleh Jenewa Madani Indonesia dan UNICEF.
Fatmawati bercerita, bahwa dilapangan sebagian besar masyarakat takut imunisasi anaknya karena setelah imunisasi anaknya demam. Tidak jarang Fatmawati sedikit beradu pendapat dan harus sabar. Dengan demikian, dalam mengedukasi masyarakat butuh pendekatan yang mungkin berulang dan testimoni keberhasilan serta dampak buruk yang diterima jika anak tidak mendapatkan imunisasi. Sehingga, dari masyarakat yang tidak mau karena tidak tahu dan menepis paham terdahulu, maka lambat laun akan berubah menjadi niatan membawa anaknya imunisasi dan menjadi kiat/kebiasaan.
Menjadi kader atau relawan merupakan panggilan jiwa. Harus berlandaskan niat yang tulus dan ikhlas. Dengan sikap kemanusiaan yang tinggi dan merasa sebagai tanggungjawab bersama. Meskipun tidak begitu bergelut dibidang kesehatan. Namun, panggilan dalam diri yang tidak ingin melihat masyarakat terjerat dalam Pandemi Covid-19 serta masalah imunisasi anak yang tidak berkesudahan. Olehnya, ibu Fatmawati merasa masih perlu perlindungan komunitas dengan mengajak masyarakat sekitar untuk vaksinasi dan melengkapi imunisasi pada anak. Bagi beliau kedua masalah ini, harus segera dituntaskan. Masalah kita bersama, dibutuhkan pemantik dan mengajak kader untuk berbondong-bondong menggalakkan vaksinasi dan imunisasi pada anak.
Prinsip Fatmawati dalam perintah agama menganjurkan untuk saling tolong-menolong bahwa “Barang siapa yang menyelamatkan satu nyawa, maka dia akan menyelamatkan seluruh dunia dan kebaikan yang kita tanam/berbuat baik (mengedukasi) ke orang, akan menjalar dan menjadi amal jariyah/terus menurus” tutur Fatmawati
Oleh: Nurhilda Resky Awalia Syam
Sumber: https://www.pedulirakyat.co.id/berawal-dari-niat-hingga-meluas-ambil-peran/21418/